Dalamrangka meningkatkan ketakwaan itu, kita perlu untuk mengisi hari-hari kita, setiap waktu yang kita terima untuk beribadah. Apalagi saat ini, kita sudah memasuki bulan Muharram, bulan yang begitu dimuliakan Allah swt. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt. Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 36 berikut Tujuh golongan yang termasuk kaum dhuafa antara lain fakir miskin, yatim, kaum difabel, lansia, janda miskin, muallaf, dan korban bencana. – Dhuafa secara bahasa artinya lemah. Lemah disini terdiri dari berbagai aspek seperti kemampuan fisik, ilmu pengetahuan, kemauan dan keyakinan, serta lemah secara finansial sehingga tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhannya. Kemudian, secara istilah dhuafa dapat pahama sebagai sebuah kondisi yang dialami seseorang, yang mana orang tersebut berada dalam keadaan miskin, tertindas, tidak berdaya serta mengalami penderitaan. Pada umumnya, kita mengenali dhuafa sebagai orang yang lemah dari aspek ekonomi dan finansial. Golongan yang Termasuk Kaum Dhuafa Berikut adalah tujuh golongan yang termasuk kaum dhuafa ditinjau dari berbagai aspek yang menjadi penyebabnya. 1. Orang Fakir dan Miskin Fakir adalah orang yang tidak bisa mencukupi setengah dari kebutuhan pokoknya dan tanggungannya istri dan anak. Kemudian, miskin dapat dipahami sebagai orang yang hanya mampu memenuhi setengah atau lebih kebutuhan pokok dan tanggungannya, namun tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhannya. Kondisi tersebut terjadi karena tidak memiliki pekerjaan tetap ataupun telah memiliki pekerjaan namun tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya. Orang fakir dan miskin termasuk ke dalam golongan yang berhak menerima zakat dan berhak juga mendapatkan fidyah. 2. Anak Yatim Anak yatim merupakan seorang anak yang ditinggal ayahnya dalam keadaan belum baligh, yang mana pada usia tersebut mereka masih memerlukan bimbingan dan dukungan seorang ayah secara materi. Islam sangat memuliakan anak yatim dan menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk menyantuni dan menyayanginya. Rasulullah SAW menjanjikan balasan berupa surga dan berada dekat dengannya di surga kelak bagi mereka yang ikhlas menggantikan posisi orang tuanya dan kemudian mencukupi segala kebutuhan anak tersebut. 3. Kaum difabel atau cacat fisik Kaum difabel atau orang yang mengalami cacat secara fisik biasanya mengalami berbagai kendala, mulai dari kesulitan mengakses pendidikan ataupun berpenghasilan. Terlebih jika mereka tidak mendapatkan dukungan dari keluarga atau keluarganya berada dalam kondisi ekonomi bawah. Dengan demikian, mereka yang lemah dalam aspek fisik ini termasuk ke dalam golongan dhuafa yang wajib di bantu, baik dari aspek pendidikan, life skill, ataupun bantuan sehari-harinya. 4. Orang lanjut usia Orang lanjut usia atau orang tua yang sudah renta merupakan salah satu golongan yang lemah dari aspek fisik dan psikis. Secara fisik mereka tidak mampu lagi untuk berkerja untuk mencukupi kebutuhannya sehingga ia perlu dibantu secara finansial ataupun kebutuhan lainnya. 5. Janda Miskin Janda ialah seorang perempuan yang sudah menikah lalu kemudian ia kehilangan suaminya, misalkan karena meninggal dunia. Dengan demikian, ia kehilangan orang yang menafkahinya. Perempuan yang berstatus seperti itu termasuk ke dalam golongan dhuafa yang perlu kita bantu baik dengan cara membantu kebutuhan sehari-hari, membantu dana pendidikan anaknya, ataupun bantuan dalam bentuk lainnya. 6. Muallaf Muallaf atau orang yang baru memeluk Islam juga termasuk ke dalam golongan orang dhuafa. Meskipun secara fisik dan ekonomi ia memiliki kecukupan, namun mereka bisa jadi lemah dari sisi aspek keimanan dan sosialnya. Hal itu dikarenakan seorang muallaf bisa jadi dikucilkan oleh keluarganya karena memilih pilihannya untuk masuk agama Islam. Muallaf merupakan salah satu bagian dari orang yang berhak menerima zakat dan perlu kita bantu agar keimanannya tertanam kokoh dalam dirinya. 7. Korban Bencana Korban bencana bisa masuk ke dalam kaum dhuafa, hal itu dikarenakan mereka kehilangan banyak harta benda, tempat tinggal, berbagai hal yang dimilikinya. Untuk itu, para korban bencana termasuk kaum dhuafa yang lemah secara finansial, fisik, dan juga psikis karena bencana yang menimpa diri dan keluarganya. Cara Membantu Kaum Dhuafa Berikut adalah beberapa cara memberikan bantuan kepada kaum dhuafa yang dapat kamu lakukan. 1. Menunaikan Zakat Tepat Waktu Zakat merupakan kewajiban seorang Muslim yang hendaknya ditunaikan sesuai dengan batasan haul dan nisab yang telah ditentukan. Dengan menunaikan zakat dari harta yang dimiliki, seseorang sama halnya telah membantu kaum dhuafa seperti fakir miskin dan beberapa asnaf lainnya. 2. Memberikan Bantuan Langsung Selanjunya, cara yang paling mudah untuk menolong kaum dhuafa ialah memberikan bantuan secara langsung. Bantuan tersebut bisa berupa makanan pokok, sejumlah uang tunai, perlengkapan sekolah, beasiswa pendidikan, ataupun bantuan lainnya. Dalam memberikan bantuan tersebut, kamu dapat memberikannya secara langsung kepada penerima manfaat, atau melalui lembaga sosial seperti panti yatim dan dhuafa. 3. Mengadakan Program Pelatihan/Pemberdayaan Cara membantu kaum dhuafa berikutnya ialah dengan mengadakan program pelatihan atau pemberdayaan. Hal ini bermanfaat bagi mereka agar mampu produktif dan memiliki keahlian sehingga mampu berdaya serta mandiri dalam finansial. 4. Mendonasikan Barang Pribadi yang Layak Selanjutnya, bagi kamu yang memiliki banyak barang yang masih bagus dan jarang digunakan alanglah baiknya barang tersebut didonasikan kepada orang yang membutuhkan. Mulai dari pakaian, buku bacaan, alat elektronik hingga kendaraan. Hal ini akan jauh bermanfaat dibandingkan hanya dengan menyimpannya di dalam lemari atau gudang di rumah.

Anakyatim dan kaum dhuafa yang mayoritas berada di wilayah operasi atau proyek Pertamina Group tersebut menyambut gembira santunan Ramadhan tersebut. pandemi COVID-19 yang telah berlangsung

Assalamualaikum warahmatullahi wawasan agama Islam, anak anak yatim dan kaum dhuafa adalah segmen masyarakat yang telah Allah jadikan sebagai kalangan yang berhak untuk memperoleh bantuan dan perhatian lah kita turut serta untuk menyantuni anak anak yatim dan kaum dhuafa, baik yang berada di sekeliling kita maupun yang jauh tempat yang dekat nasabnya ataupun yang jauh tali kekerabatan nasabnya, in syaa Allah hal tersebut akan menjadi catatan amal sholih yang sangat besar nilai kebaikannya di sisi Allah Subhana hu wa Ta’ teks surat Al-Ma’un, yang menjadi dasar disyariatkan nya menyantuni anak anak yatim dan kaum dhuafa, beserta terjemahannya 1. اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗTahukah kamu orang yang mendustakan agama?2. فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ – ٢maka itulah orang yang menghardik anak yatim3. وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ – ٣dan tidak mendorong untuk memberi makan orang فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ – ٤Maka celakalah orang yang shalat,5. الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ – ٥yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya,6. الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ – ٦yang berbuat riya7. وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ – ٧dan enggan memberikan bantuanDalam kaitannya, di banyak hadits Rasulullah Shalallahu alayhi wasallam telah bersabda, yang di antaranya adalah عَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًاDari Sahl bin Sa’ad berkata “Rasulullah SAW bersabda “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya.” HR. Bukhari قوله صلى الله عليه وسلم “لا يتم بعد الحلم” رواه أبو داودArtinya Bersabda Rasulullah Shalallahu alayhi wasallam, Tidak disebut yatim orang yang telah baligh. Abu Daud Berdasarkan hadits tersebut, anak anak yatim yang telah berusia baligh namun tetap membutuhkan santunan, dapat dikategorikan sebagai masyarakat kaum dhuafa, in syaa kaum dhuafa, terdapat banyak hadits yang isinya menganjurkan kita untuk ikut peduli dan menyantuni antara hadits haditsnya adalah السَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمَسَاكِيْنِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَكَالَّذِي يَصُوْمُ النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَArtinya “Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari.” HR. Bukhari, no. 5353 dan Muslim, no. 2982. Hadits ini lafazhnya dari Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 131مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَابِ الدُّنْياَ نَفْسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَابِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالْاَخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالْاَخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيهِ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَArtinya “Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya.” HR. Muslim.
Orangyang berhak di santuni dalam kategori keduanya adalah termasuk kaum dhuafa. S etelah menyinggung tentang ibadah sosial maka melalui bagian akhir surat al isra ayat 26 ini Allah telah memberikan batasan larangan "jangalah kamu berlaku tabdzir terhadap karunia rizki yang sudah Allah berikan kepadamu" yang dimaksud tabdzir adalah Membantu dan menolong sesama yang berada dalam kesulitan menjadi amalan yang begtiu mulia dan amat dianjurkan. Sebagai umat muslim, Allah SWT pun telah memerintahkan kita untuk membantu para kaum dhuafa yang membutuhkan bantuan kita. Kaum dhuafa adalah golongan orang-orang yang hidupnya berada dalam keadaan miskin, tertindas, tidak berdaya, serta mengalami penderitaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, kaum dhuafa atau kaum duafa adalah orang-orang lemah ekonomi dan sebagainya. Sementara secara istilah, kaum dhuafa dapat digunakan untuk merujuk kepada golongan orang-orang yang hidupnya berada dalam keadaan miskin, tertindas, tidak berdaya serta mengalami penderitaan. Perintah untuk menyantuni kaum dhuafa bahkan tertulis dalam sejumlah ayat Al-Quran, diantaranya dalam surat Al Isra ayat 26-27 dan juga surat Al Baqarah ayat 177. Apa Saja Keutamaan Menyantuni Kaum Dhuafa? 1. Meraih Ridha Allah SWT2. Memperoleh Kemudahan Rezeki dan Pertolongan Allah SWT3. Diselamatkan dari kesulitan di Hari Kiamat 4. Tinggal Bersama Rasulullah SAW di Surga 5. Melembutkan Hati yang Keras 6. Menambah Keberkahan dan Melipat Gandakan Rezeki 7. Menyucikan Jiwa Selain berbagi kebahagiaan dan membantu mereka yang tengah mengalami kesulitan, ada banyak keutamaan menyantuni kaum dhuafa sehingga amalan ini begitu dianjurkan 1. Meraih Ridha Allah SWT Keutamaan menyantuni kaum dhuafa yang pertama adalah untuk meraih ridha Allah SWT. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist berikut Dari Abu Darda’ ia berkata Rasulullah saw bersabda “Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah di antara kalian.” HR. Abu Dawud. 2. Memperoleh Kemudahan Rezeki dan Pertolongan Allah SWT Menyantuni kaum dhuafa juga bisa menjadi jalan bagi kita untuk memperoleh kemudahan rezeki dan pertolongan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi “Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian” HR. Bukhari no. 2896 3. Diselamatkan dari kesulitan di Hari Kiamat Salah satu janji Allah SWT untuk orang-orang yang menyantuni kaum dhuafa adalah akan diselamatkan dari kesulitan di hari kiamat kelak. Hal ini tertera dalam Al-Quran surat Al Insan ayat 8-11 yang artinya sebagai berikut “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan……. Sesungguhnya kami takut akan siksa Tuhan kami pada suatu hari yang di hari itu orang-orang bermuka masam penuh kesulitan, Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan wajah dan kegembiraan hati” 4. Tinggal Bersama Rasulullah SAW di Surga Salah satu golongan yang termasuk dalam kaum dhuafa adalah anak yatim. Pahala dari menyantuni anak-anak yatim ini juga amatlah besar. Bahkan Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau dan orang-orang yang menyayangi anak yatim di surga kelak amatlah dekat, ibaratkan jarak antara jari telunjuk dengan jari kelingking. Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang artinya “Aku dan yang mengurus anak yatim di surga seperti ini, beliau memberikan isyarat dengan kedua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari kelingking” HR. At Tirmidzi 5. Melembutkan Hati yang Keras Selain dijanjikan akan berdekatan dengan Rasulullah SAW di surga kelak, menyantuni anak yatim yang termasuk dalam golongan kaum dhuafa ini juga bermanfaat untuk kondisi kesehatan jiwa. Dalam sebuah hadits, disebutkan jika menyantuni anak yatim dan membantu orang-orang miskin mampu melembutkan hati yang keras. “Sesungguhnya seseorang datang mengadu kepada Rasulullah atas keras hati yang dialaminya, beliau bersabda Usaplah kepala anak yatim dan beri makanlah orang-orang miskin”. HR. Ahmad 6. Menambah Keberkahan dan Melipat Gandakan Rezeki Berbagi pada orang-orang yang membutuhkan tak akan membuat seseorang kehabisan harta yang dimiliki. Sebaliknya, harta yang dibagikan pada fakir miskin dan kaum dhuafa justru akan bertambah keberkahannya dan dilipat gandakan. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang artinya Dari Annas “Nabi Muhammad SAW bersabda “Pintu rizqi akan terbuka sampai Arsy. Allah menurunkan kepada Hamban-Nya bagian rizqi mereka sesuai dengan banyaknya shodaqoh mereka. Barangsiapa yang sedikit mengeluarkan shodaqoh, maka Allah akan memberinya sedikit rizqi, dan barang siapa yang banyak mengeluarkan shodaqoh, maka Allah akan memberinya rizqi yang banyak” Dailami 7. Menyucikan Jiwa Sifat kikir dan terlalu mencintai harta duniawi merupakan salah satu sifat tercela yang mampu mengotori jiwa seorang Muslim. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mengeluarkan sebagian harta kita dan memberikannya untuk kaum dhuafa yang membutuhkan untuk senantiasa mensucikan jiwa. Allah SWT juga telah memberikan peringatan mengenai hal ini dalam Al-Quran surat Al-Humazah ayat ke 1-2 yang artinya “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya” Berbagi Kebaikan dengan Kaum Dhuafa di Pedalaman Begitu besarnya pahala dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umatnya yang senantiasa membantu dan menyantuni kaum dhuafa yang membutuhkan. Dengan banyaknya keutamaan tersebut, berbagi kebaikan untuk kaum dhuafa adalah kesempatan besar bagi kita untuk meraih pahala dan kemuliaan dari Allah SWT. Sahabat bisa mulai berbagi dengan kaum dhuafa yang ada di sekitar Sekecil apapun yang Sahabat berikan tentu amat berarti bagi mereka yang membutuhkannya. Selain berbagi dengan dhuafa di sekitar, Sahabat juga bisa berbagi kebaikan untuk kaum dhuafa melalui Insan Bumi Mandiri yang akan disalurkan untuk saudara-saudara dhuafa yang tinggal di pedalaman. Klik di sini untuk kirimkan kebaikanmu untuk dhuafa di pedalaman. Referensi
Memangdalam kitab-kitab fikih tidak ditemukan istilah kaum dhuafa seperti yang dituturkan di atas tadi. Hamat saya, kodifikasi fikih pada masa lampau belum berbeda realitas sosial-ekonomi dengan yang sekarang. Analogi kriteria kaum dhuafa, sepertinya menjadi pintu awal untuk menemukan hukum baru bagi kaum dhuafa mengenai puasa.
SantuniKaum Dhuafa, Anniversary ke 25 BPR Gajah Mungkur "Tasyakur ulang tahun ke-25 telah kita selenggarakan Kamis lalu secara sederhana dengan pemotongan tumpeng serta tauziah dan doa dipimpin Ustdz Brigpol Eko Yulianto beserta 25 santri pondok pesantren Manjung. SE mengabdi 15 tahun. Sedangkan yang mengabdi 25 tahun adalah Antonia
PimpinanPesantren Daarul Rahman Leuwisadeng, Ustadz Zaenul Rido menambahkan, santunan dhuafa yang dilaksanakan pihaknya sebagai wujud internalisasi ajaran yang terkandung di balik diwajibkannya ibadah puasa. "Salah satu hikmah puasa yaitu agar kita menjadi pribadi yang peduli terhadap nasib kaum dhuafa," ujar Zaenul Rido.

Santunan kita berikan kepada lebih kurang 100 anak yatim dan kaum dhuafa yang berasal dari warga sekitar," kata Ratu Eva Yuliani. Ia menjelaskan, sebelumnya beberapa waktu lalu tepatnya pada hari Jumat (22/4/2022), kita juga melaksanakan kegiatan berbagi takjil gratis kepada masyarakat dan pengendara yang melintas di Simpang Cibinong City

Mulamula kesadaran akan posisi keduanya perlu dijelaskan masing-masing, sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara posisi adab sebagai sesuatu yang luhur dengan ilmu itu sendiri sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Ibarat sebuah tanaman, ilmu itu adalah benih yang ditanam sementara adab merupakan hasil dari
eTHF9.
  • 8vpfgistv7.pages.dev/460
  • 8vpfgistv7.pages.dev/230
  • 8vpfgistv7.pages.dev/125
  • 8vpfgistv7.pages.dev/369
  • 8vpfgistv7.pages.dev/55
  • 8vpfgistv7.pages.dev/222
  • 8vpfgistv7.pages.dev/456
  • 8vpfgistv7.pages.dev/171
  • kaum dhuafa yang wajib kita santuni lebih dahulu adalah yang